75

90

100

30

70

10

89

Sunday, January 10, 2021

Do'a Setelah Salat Hajat Serta Waktu dan Tata Caranya

Miftah H. Yusufpati

Salat ini juga tak boleh dilakukan pada saat waktu dilarangnya salat, yakni selepas salat subuh hingga terbit matahari serta sesudah salat ashar.


Tata cara salat hajat sama halnya dengan pengerjaan salat sunnah pada umumnya.
Shalat hajat merupakan salah satu  shalat sunnah yang dilakukan dengan tujuan khusus memohon kepada Allah SWT agar mengabulkan hajat, keperluan, atau kebutuhan kita. 
Hajat yang dimaksud di sini sudah barang tentu adalah keinginan yang sesuai syariat. Contohnya yang berhubungan dengan jodoh, pekerjaan kesuksesan, atau yang lainnya.

Sayyid Sabiq pada Fiqih Sunnah yang mengutip  hadis shahih dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ تَوَضَّأَ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ يُتِمُّهُمَا أَعْطَاهُ اللَّهُ مَا سَأَلَ مُعَجِّلاً أَوْ مُؤَخِّراً

“Barangsiapa yang berwudhu serta menyempurnakannya, lalu melakukan salat dua rakaat secara sempurna maka Allah akan memberi apa saja yang ia minta, baik segera atau lambat.” (HR Ahmad)
Hukum salat hajat merupakan sunnah yakni jika dilakukan akan memperoleh pahala serta apabila tidak dilakukan juga tak akan berdosa.

Salat ini amat dianjurkan untuk siapa saja yang memiliki suatu keperluan/hajat terlebih lagi keperluan itu termasuk dalam kebutuhan yang besar.

Dari Abdullah bin Abi Aufa bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

منكانتلهإلىاللهحاجةأوإلىأحدمنبنيآدمفليتوضأفليحسنالوضوءثمليصلركعتينثمليثنعلىاللهوليصلعلىالنبيصلىاللهعليهوسلمثمليقللاإلهإلااللهالحليمالكريمسبحاناللهربالعرشالعظيمالحمدللهربالعالمينأسئلكموجباترحمتكوعزائممغفرتكوالغنيمةمنكلبروالسلامةمنكلإثملاتدعليذنباإلىغفرتهولاهماإلافرجتهولاحاجةهيلكرضاإلاقضيتهاياأرحمالراحمين

“Barangsiapa yang mempunyai kebutuhan atau hajat terhadap Allah atau terhadap seseorang dari anak Adam maka hendaknya ia mengambil wudhu serta memperbaiki wudhunya, lalu hendaknya ia mengerjakan salat 2 rakaat lalu memuji Allah, serta bershalawat terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam”.

Berikutnya membaca:

لاإلهإلااللهالحليمالكريمسبحان اللهربالعرشالعظيمالحمدللهربالعالمينأسئلكموجباترحمتكوعزائممغفرتكوالغنيمةمنكلبروالسلامةمنكلإثملاتدعليذنباإلىغفرتهولاهماإلافرجتهولاحاجةهيلكرضاإلاقضيتهاياأرحمالراحمين

“Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali Allah, Al-Halim Al-Karim, Maha Suci Allah Pemilik Arsy yang besar, segala puji untuk Allah, rabb semesta alam, hamba memohon terhadap Mu atas apa – apa yang akan mendatangkan rahmat dari Mu, serta ampunan Mu, serta hamba memohon terhadap Mu untuk memperoleh setiap kebaikan serta keselamatan dari setiap dosa, janganlah Engkau tinggalkan untuk ku dosa selain sudah Engkau ampuni, serta jangan Engkau tinggalkan untukku rasa gelisah selain Engkau beri jalan keluar, serta jangan Engkau tinggalkan untukku kebutuhanku yang engkau ridhai selain Engkau tunaikan untukku, wahai Yang Maha Penyayang.” (HR. At-tirmidzy 2/344, dan Ibnu Majah 1/44, berkata Syeikh Al-Albany).

Dalam mengerjakan salat hajat tak memiliki waktu khusus. Itu artinya bisa dkerjakan di waktu siang hari atau malam hari.

Hanya saja, ada waktu utama apabila kita mengerjakannya pada sepertiga malam terakhir maka semua keperluan serta doa – doa kita akan lebih mustajab untuk dikabulkan oleh Allah.

Tak hanya itu saja. Di waktu sepertiga malam Allah juga turun dari langit serta berjanji akan mengabulkan doa serta permintaan setiap hamba yang tulus dan juga ikhlas dalam berdoa serta meminta kepada -Nya.
Sama halnya dengan salat tahajud, salat hajat ini juga bisa dilakukan pada saat sudah tidur serta bangun untuk salat.
Sebelum mengerjakan salat, disyaratkan untuk:

- Suci dari hadas kecil dan juga hadas besar
- Pakaian, suci badan, serta tempat dari najis
- Menutup aurat
- Menghadap ke arah kiblat.

Berikut ini adalah tata cara salat hajat

Rakaat pertama:
- Membaca niat sholat hajat
- Takbirotul ihram, kemudian dilanjutkan dengan membaca doa iftitah
- Lalu membaca surat Al-Fatihah
- Kemudian membaca suratan yang dikuasai dalam Al Quran
- Ruku dengan tuma’ninah
- I’tidal (bangun dari ruku) dengan tuma’ninah
- Sujud dengan tuma’ninah
- Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
- Sujud kedua dengan tuma’ninah

Rakaat kedua:
- Berdiri kembali untuk mengerjakan rakaat kedua
- Membaca surat Al-Fatihah
- Kemudian membaca surat yang dikuasai dalam Al-Quran
- Ruku dengan tuma’ninah
- I’tidal (bangun dari ruku) dengan tuma’ninah
- Sujud dengan tuma’ninah
- Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
- Sujud kedua dengan tuma’ninah
- Duduk tasyahud akhir dengan tuma’ninah
- Mengucapkan salam

Setiap langkahnya sama pada saat mengerjakan salat wajib, namun hanya niatnya saja yang berbeda.

Niat Sholat Hajat

اُصَلِّى سُنَّةَ الْحَاجَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

“Usholli sunnatal-haajati rok’atayni lillahi ta’aala”.

Artinya:
“Saya berniat untuk melakukan sholat sunnah hajat dua reka’at sebab Allah Ta’ala”.

Doa Salat Hajat

Apabila sudah selesai melaksanakan salat sunnah hajat, maka dianjurkan untuk membaca zikir serta doa salat hajat dengan khusyuk.

Berikut ini adalah bacaan doanya, antara lain:

1. Membaca Istighfar

Di dalam kitab Tajul jamil-lil-ushul juga disarankan untuk membaca istighfar sebanyak 100 kali.

Bacaan:

اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيمِ

“Astaghfirullahal-‘adzhiim”

'Artinya:


“Hamba memohon ampunan kepada Allah yang Maha Besar dan Maha Agung”.

Dengan versi lengkapnya ada di bawah ini:

اَسْتَغْفِرُاللهَ رَبِّي مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَاَتُوبُ اِلَيْهِ

“Astaghfirullaha Robbii min kulli dzanbin wa atuubu ilayhi”

Artinya: “Hamba memohon ampunan terhadap Allah Tuhanku, dari segala dosa serta hama bertaubat terhadap -Mu”.

2. Membaca Selawat Nabi
Selesai membaca istighfar kemudian lanjutkan lagi dengan membaca selawat atas Nabi Muhammad SAW sebanyak 100 kali.

Bacaan:

اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةَ الرِّضَا وَارْضَ عَنْ اَصْحَابِ الرِّضَاالرِّضَا

“Allahumma sholli ‘alaa muhammadin sholaatar-ridhoo wardho ‘an ashaabir-ridhor-ridhoo”

Artinya: “Yaa Allah, berilah karunia kesejahteraan atas junjungan kami kepada Nabi Muhammad, kesejahteraan yang diridhoi serta ridhoilah dari pada sahabat sahabat sekalian”.

3. Membaca Doa Salat Hajat
Selepas membaca selawat atas Nabi Muhammad SAW sebanyak 100 kali, kemudian membaca doa salat hajat.

لَاِلَهَ اِلَّااللهُ الْحَكِيمُ الْكَرِيمُ سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ. الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ اَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّوَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ اِثْمٍ لَا تَدَعْ لِى ذَنْبًا اِلَّا غَفَرْتَهُ وَلَا هَمًّا اِلَّافَرَّجْتَهُ وَلَاحَاجَةً اِلَّا هِيَ لَكَ رِضًااِلَّاقَضَيْتَهَا يَااَرْحَمَ الرَّحِمِينَ

Laa ilaaha illallahul hakiimul kariimu subhaanallahi rabbil ‘arsyil ‘adzhiim. Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin asaluka muujibaati rahmatika wa ‘azaaima maghfirotika wal ghoniimata min kulli birrin was-salaamata min kulli itsmin laa tada’ lii dzanban illa ghafartahu wa laa hamman illaa farrajtahu wa laa haajatan illaa hiya laka ridhon illaa qadhaytahaa yaa arhamar raahimiin”.

Artinya: “Tak ada Tuhan melainkan Allah yang Maha Penyantun dan juga Pemurah. Maha Suci Allah Tuhan untuk pemelihara arsy yang Maha Agung. Segala puji untuk Allah Tuhan seru semesta alam. Terhadap Mu lah hamba memohon sesuatu yang mewajibkan rahmat Mu, serta sesuatu yang memberikan ampunan Mu, serta mendapatkan keuntungan untuk setiap dosa. Janganlah Engkau membiarkan dosa dari diriku, selain Engkau ampuni serta tak ada sesuatu kepentingan selain Engkau memberikan jalan keluar, serta tak ada juga sesuatu hajat yang memperoleh ridho Mu, selain Engkau kabulkan. Wahai Tuhan yang maha Pengasih dan maha Penyayang” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Abu Aufa).
Sumber : dari Surat kabar SindoNews

Saturday, January 9, 2021

Penyebab Rezeki Tidak Lancar dan Penawarnya

Di antara manusia banyak mengalami kesulitan rezeki . Terkadang sudah berusaha dan berdoa, namun rezeki masih saja terhambat alias tidak lancar. Dalam persfektif syariat, ternyata ada hal-hal yang menyebabkan terhambatnya rezeki.

Al-Habib Quraisy Baharun (pengasuh Ponpes As-Shidqu Kuningan) mengatakan dalam satu tausiayahnya bahwa penyebab terhambatnya rezeki karena dosa dan maksiat.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

وَأَنَّ الرُّوحَ الْأَمِينَ نَفَثَ فِي رُوعِيَ أَنَّهُ لَنْ تَمُوتَ نَفْسٌ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا, فَاتَّقُوا اللهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ, وَلَا يَحْمِلَنَّكُمُ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ تَطْلُبُوهُ بِمَعَاصِي اللهِ, فَإِنَّهُ لَا يُدْرَكُ مَا عِنْدَ اللهِ إِلَّا بِطَاعَتِهِ

"Dan sungguh Malaikat Jibril yang terpercaya telah menyampaikan kepadaku bahwa tidak akan mati satu jiwa sampai ia menyempurnakan rezekinya, maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rezeki, dan sekali-kali janganlah lambatnya rezeki menjadikan kalian mencarinya dengan  bermaksiat kepada Allah, karena sesungguhnya tidak akan diraih apa yang ada di sisi Allah kecuali dengan menaati-Nya." (HR. Al-Baihaqi dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu'anhu)

Nabi  صلى الله عليه وسلم juga bersabda:

لَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ، وَلَا يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلَّا الدُّعَاءُ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ

"Tidak ada yang menambah umur kecuali kebajikan, tidak ada yang menolak takdir kecuali doa, dan sungguh seseorang benar-benar dihalangi untuk mendapat  rezeki karena  dosa yang ia kerjakan." (HR. Ibnu Majah).

Salafus Sholeh rahimahullah berkata: "Sebagaimana takwa kepada Allah Ta'ala merupakan sebab meraih rezeki maka tidak bertakwa kepada-Nya adalah sebab kefakiran. Maka tidaklah dapat diraih rezeki Allah dengan sesuatu yang menyamai amalan meninggalkan maksiat  ."

Agar Rezeki Lancar
"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya." Demikian firman Allah dalam Al-Qur'an Surah Ath-Thalaaq.

Di ayat lain, Allah berfirman: "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A'raaf: 96)

Kisah Nabi Nuh dan Nabi Hud 'alaihissalam menjadi bukti bahwa Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang memohon ampun dan sering beristighfar. "Maka aku (Nuh) katakan kepada mereka: Mohon ampunlah kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan melimpahkan harta dan anak-anak kepadamu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS Nuh: 10-12)

"Dan (Hud berkata): "Wahai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabbmu lalu taubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS Hud: 52)

Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah menyebutkan sebuah atsar dari Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah: "Bahwa seseorang mengadukan kemarau panjang kepada Al-Hasan Al-Bashri, maka beliau berkata: Mohon ampunlah kepada Allah! Orang yang lain mengadukan kemiskinan, maka beliau berkata: Mohon ampunlah kepada Allah! Orang yang lain mengadukan kekeringan kebunnya, maka beliau berkata: Mohon ampunlah kepada Allah! Orang yang lain mengadukan kemandulan (tidak punya anak), maka beliau berkata: Mohon ampunlah kepada Allah! Kemudian beliau membacakan kepada mereka ayat ini (Surat Nuh ayat 10-12)." (Fathul Baari, 11/98)

Mukmin Itu Bagaikan Lebah, Berikut Penjelasannya

 Salah satu nikmat terbesar adalah ketika Allah menjadikan kita golongan orang beriman (mukmin). Orang beriman yangsenantiasa berbuat baik akan meraih keberuntungan besar sebagaimana firman-Nya:
"Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: 'Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu'. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya." (QS Al-Baqarah Ayat 25)

Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم memberi perumpamaan orang mukmin seperti lebah sebagaimana hadis dari Abdullah bin Amru ia berkata, Nabi bersabda:
Baca Juga
وَالَّذِي نَفْسُ ‏ ‏مُحَمَّدٍ ‏ ‏بِيَدِهِ إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ ‏ ‏لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تَكْسِر ولم تُفْسِد
"Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya perumpamaan mukmin itu bagaikan lebah yang selalu memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik. Ia hinggap (di ranting) namun tidak membuatnya patah dan rusak." (HR Ahmad)
Al-Habib Quraisy Baharun menjelaskan maksud mukmin bagaikan lebah yang artinya ia hanya memakan yang halal dan menjauhi makanan yang haram. Kemudian ia selalu mengeluarkan ucapan dan perbuatan yang baik dan bermanfaat sebagaimana lebah yang mengeluarkan madu yang bermanfaat untuk manusia.


"Di manapun ia berada, tak pernah berbuat kerusakan. Bahkan ia menjadi pintu pintu pembuka kebaikan untuk manusia. Ia selalu rajin berusaha dan tak pernah malas. Ulet dan tak pernah menyerah. Bahkan ia tak mau makan dari hasil kerja keras orang lain," jelas ulama yang juga Pengasuh Ponpes Ash-Shidqu Kuningan itu.
Para Salafunas Sholeh rahimahullah berkata:
: “ووجه الشبه: حذق النحل، وفِطنته، وقلة أذاه، وحقارته، ومنفعته، وقنوعه، وسعيه في النهار، وتنزُّهه عن الأقذار، وطيب أكله، وأنه لا يأكل مِن كسب غيره، وطاعته لأميره، وأن للنحل آفاتٍ تقطعه عن عمله، منها: الظلمة، والغَيْم، والريح، والدخَان، والماء، والنار، وكذلك المؤمن له آفات تُفقِره عن عمله؛ ظلمة الغفلة، وغَيْم الشك، وريح الفتنة، ودخَان الحرام، ونار الهوى
"Sisi kesamaannya adalah bahwa lebah itu cerdas, ia jarang menyakiti, rendah (tawadhu), bermanfaat, selalu merasa cukup (qona'ah), bekerja di waktu siang, menjauhi kotoran, makanannya halal nan baik, ia tak mau makan dari hasil kerja keras orang lain, amat taat kepada pemimpinnya, dan lebah itu berhenti bekerja bila ada gelap, mendung, angin, asap, air dan api. Demikian pula mukmin amalnya terkena penyakit bila terkena gelapnya kelalaian, mendungnya keraguan, angin fitnah, asap haram, dan api hawa nafsu."
Mudah-mudahan Allah Ta'ala senantiasa membimbing kita dengan hidayah dan taufik-Nya dan memasukkan kita ke dalam golongan orang-orangmukmin. Allahumma Aamiin.

11 Kerajaan Islam di Indonesia dan Sejarahnya Lengkap

Jakarta - Indonesia mayoritas memiliki penduduk beragama Islam. Ternyata di balik itu, ada pengaruh dari perkembangan kerajaan Islam di Indonesia. Kerajaan Islam di Indonesia sendiri berkembang pada sekitar abad 7-13 masehi. Hal ini diketahui berdasarkan berita China ketika Dinasti Tang berkuasa, pada abad ke-7 dan ke-8, di Sumatera dan Kanton sudah terdapat penganut Islam. Adapun, perkembangan Islam sendiri dibawa oleh bangsa Arab, Persia, Gujarat, dan Benggala yang datang melalui jalur perdagangan. Kerajaan Islam di Indonesia: 1. Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Samudera Pasai. Kerajaan ini terletak di Aceh Utara dan semakin berkembang karena menjadi tempat persinggahan utama pedagang-pedagang Islam. Kerajaan Samudera Pasai terus berkembang. Akhirnya, putra Sultan Malikul Thahir, yakni Sultan Malikul Mansur mendirikan kerajaan dengan pusatnya adalah Samudera Pasai. 2. Kerajaan Malaka Kerajaan Malaka didirikan oleh Paramisora dari Blambangan, Jawa Timur. Kesultanan yang terletak di daratan Melayu ini berdiri pada tahun 1405 dan diketahui memiliki hubungan baik dengan China. 3. Kerajaan Aceh Kerajaan ini berdiri pada abad awal ke-1 di daerah kekuasaan Pedir. Puncak kejayaan kerajaan Islam di Sumatera ini saat diperintah oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1607 sampai 1636 karena wilayah kekuasaannya meliputi Semenanjung Malaya. 4. Kerajaan Demak dan Pajang Kerajaan Islam pertama di Jawa adalah Demak dan Pajang. Kerajaan Demak berada di tepi pantai Utara pulau Jawa dan dipimpin oleh Raden Patah yang juga seorang penyiar agama Islam. Akibat terjadinya perang saudara, pusat kerajaan Demak berpindah ke Pajang atau dekat dengan Kartasura. Namun, adanya pemberontakan membuat kerajaan Pajang berpindah ke Mataram 5. Kerajaan Banten Kerajaan Banten berdiri setelah kerajaan Demak pindah ke Pajang. Kerajaan ini dipimpin oleh Sultan Hasanudin dan berada dekat dengan Selat Sunda sehingga menjadikannya sebagai pusat yang strategis. Namun kerajaan ini harus bubar karena pengganti raja kala itu masih berusia kanak-kanak. Terlebih lagi, di waktu yang sama Belanda mulai sampai di Pelabuhan Banten. 6. Kerajaan Cirebon Kerajaan Cirebon dipimpin oleh Fatahillah. Hebatnya, selama pemerintahan Fatahillah perkembangan agama Islam sangat pesat hingga memiliki hubungan yang baik dengan kerajaan Mataram. Namun, kerajaan ini terpaksa dibagi dua, menjadi Kanoman dan Kacirebonan karena pengaruh VOC. 7. Kerajaan Mataram Kerajaan islam di Indonesia yang lain adalah Mataram. Kerajaan ini berada di Kota Gede, Yogyakarta. Pemerintahan kerajaan ini sangat menjalankan aturan Islam dengan sangat baik, misalnya dengan melakukan perhitungan tahun berdasarkan hijriyah. Lagi-lagi, karena serangan Belanda dan didirikannya VOC, kerajaan Mataram harus terusir dari wilayahnya. 8. Kerajaan Gowa Tallo Kerajaan ini berada di Sulawesi Selatan. Perkembangan kerajaan ini sangat pesat karena letaknya yang strategis dengan jalur perdagangan dan persinggahan dari Ternate dan Tidore. Semenjak agama Islam berkembang pesat, raja Gowa Daeng Manriba dinobatkan menjadi Sultan Alauddin Raja Gowa atau Makassar. Puncak kejayaan dicapai di masa pemerintahan Sultan Hasanuddin. Baca juga: Wisata Religi ke Masjid Tertua di Kalimantan Barat 9. Kerajaan Ternate dan Tidore Sultan Ternate pertama adalah Sultan Zaenal Abidin. Mereka memiliki hubungan yang baik dengan kerajaan Demak. Selain itu, ada juga kerajaan Tidore di Maluku dan kedua kerajaan ini diketahui memiliki hubungan yang baik hingga akhirnya Portugis datang. 10. Kerajaan Banjar Kerajaan Banjar berdiri pada abad ke-16 di Kalimantan Selatan. Letak kerajaan ini berada di dekat sungai besar sehingga banyak dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari berbagai daerah, salah satunya adalah ulama dari Demak sehingga menjadi kerajaan Islam. 11. Kerajaan Buton Kerajaan Islam di Indonesia yang terakhir adalah Buton. Kerajaan ini terletak di pulau Buton, Sulawesi Tenggara dan resmi menjadi kesultanan Islam di masa pemerintahan raja ke-6, yakni Timbang Timbangan atau Lakilapotan Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman Al-Fathani dari Johor. Adapun, peninggalan kerajaan ini adalah Istana Sultan, dua buah masjid tua, hingga benteng pemerintahan Wolio. Selamat belajar kerajaan Islam di Indonesia. Simak Video "FPI Ganti Nama Lagi, Polri Ingatkan Patuhi Aturan"